Tips Menulis: Sudut Pandang ‘Aku’ atau ‘Dia’
Oleh Isa Alamsyah
Oleh Isa Alamsyah
Ketika menulis cerpen atau novel ada dua sudut pandang (point of view) yang paling lazim digunakan.
Pertama -aku (aku-an) atau -dia (dia-an = dia bisa juga nama)
Misalnya:
* Aku berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya. (sudut pandang aku-an)
* Lelaki itu berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya. (sudut pandang dia-an)
* Aku berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya. (sudut pandang aku-an)
* Lelaki itu berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya. (sudut pandang dia-an)
* Ryan berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya. (sudut pandang dia-an)
Apa bedanya? Sama saja—itu pilihan, tapi penggunaannya berbeda.
Ketika kita pakai aku-an maka imajinasi pengarang terbatas oleh keterbatasan aku.
Contoh
Kalimat 1:
Aku berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya. Sudah ketiga kali gadis itu mengkhianati aku. Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja aku tidak tahu.
Aku berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya. Sudah ketiga kali gadis itu mengkhianati aku. Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja aku tidak tahu.
Kalimat 2:
Ryan berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya. Sudah ketiga kali gadis itu mengkhianati Ryan. Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja Ryan tidak tahu.
Ryan berjanji tidak akan pernah mau bertemu lagi dengannya. Sudah ketiga kali gadis itu mengkhianati Ryan. Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja Ryan tidak tahu.
Pada kalimat 1 ada pelanggaran sudut pandang. Kalimat—“Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja aku tidak tahu”—ini tidak bisa dipakai karena tidak ada info darimana si aku tahu kalau lebih dari tiga kali. Informasinya bernilai 100% akurat padahal si aku tidak tahu. Aneh.
Pada kalimat 2 itu mungkin—“Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja Ryan tidak tahu”—karena kalimat itu adalah sudut pandang penulis (yang bertindak sebagai tuhan atas cerita). Jadi penulis tahu semuanya tidak ada batasannya.
Narasi itu jadi milik penulis bukan milik Ryan.
Narasi itu jadi milik penulis bukan milik Ryan.
Ketika kita pakai dia-an, kita bisa baca pikiran hati semua orang yang ada dalam kisah, sedangkan kalau pakai aku kita hanya tahu suara hati sendiri.
Dengan segala keterbatasannya, kenapa banyak penulis pakai aku? Karena aku membuat pembaca seperti berperan dalam cerita.
Intinya dua-duanya bisa dipakai ada kelebihan dan kekurangan. Tinggal bagaimana kita bisa memakainya.[]
Belum ada tanggapan untuk "Penggunaan Sudut Pandang 'Aku' atau 'Dia'"
Posting Komentar