Tips Menulis: Alur dan Plot dalam Cerita (Bag 1)
Oleh Isa Alamsyah
Oleh Isa Alamsyah
Ada yang membedakan alur dan plot secara definitif, ada yang mengangap alur dan plot sebagai hal yang tidak terlalu terpisah. Saya sendiri tidak terlalu merasa penting memisahkan keduanya tapi agar kita bisa membedakan alur dan plot saya bahas perbedaaanya.
Alur; pergerakan cerita dari waktu ke waktu, atau rangkaian peristiwa demi peristiwa dari awal sampai akhir cerita. Jadi penekanannya waktu peristiwa - bisa diungkap secara berurutan atau tidak.
Plot; hubungan yang mengaitkan satu kejadian dengan kejadian lainnya sehingga saling berhubungan. Jadi penekanannya hubung satu peristiwa dengan lainnya.
Plot; hubungan yang mengaitkan satu kejadian dengan kejadian lainnya sehingga saling berhubungan. Jadi penekanannya hubung satu peristiwa dengan lainnya.
Misalnya saya kasih contoh buku novel motivasi Dedi Padiku yang diterbitkan
Asma Nadia Publishing House.
Asma Nadia Publishing House.
Peristiwa satu (alur 1)
Ada tokoh preman mati di Manado.
Peristiwa kedua (alur 2)
Ada isu kalau sang preman mati dibunuh oleh orang Gorontalo.
Fakta 1: Dedi Padiku adalah orang Gorontalo yang sedang mengadu nasib di Manado.
Ada tokoh preman mati di Manado.
Peristiwa kedua (alur 2)
Ada isu kalau sang preman mati dibunuh oleh orang Gorontalo.
Fakta 1: Dedi Padiku adalah orang Gorontalo yang sedang mengadu nasib di Manado.
Peristiwa 3 (alur ke tiga)
Dedi Padiku sedang motret motret di jembatan dekat pasar.
Kalau kita baca keterangan di atas—semua data dan peristiwa sama sekali bukan cerita.
Peristiwa satu dan dua sudah punya plot (ada hubungan) tapi belum bisa masuk ke novel Dedi Padiku - karena belum ada hal yang mengubungkan dengan Dedi Padiku.
Lalu kenapa akhirnya kasus pembunuhan preman itu masuk ke dalam salah satu bab novel Dedi Padiku mengejar impiannya?
Lalu kenapa akhirnya kasus pembunuhan preman itu masuk ke dalam salah satu bab novel Dedi Padiku mengejar impiannya?
Karena ada peristiwa yang mengubungkan—ada plot baru.
Apa itu?
Saat Dedi sedang motret-motret di jembatan, ternyata ada preman yang mendeteksi bahwa Dedi adalah orang Gorontalo—dari logatnya ketika bercakap cakap—segera saja preman tersebut degan pisau terhunus melayangkan pisaunya tepat ke perut Dedi Padiku.
Lalu bagaimana nasib Dedi? Silahkan baca novelnya :)
Tapi yang ingin saya sampaikan adalah peristiwa matinya preman dan Dedi tidak bisa menjadi cerita (plot) sebelum ada hubungan sebab akibat—tapi karena kemudian ada hubungan sebab akibat maka itu menjadi cerita. Sebab preman dendam pada orang Gorontalo dan sebab Dedi orang Gorontalo dan sebab Dedi ada di sekitar lokasi maka ia menjadi sasaran. Sesuatu yang awalnya peristiwa terpisah jadi terkait.
Contoh lain
Ada orang pacaran di bawah pohon. (belum ada plot menarik)
Ada ular di atas pohon. (belum menarik juga)
Ada orang pacaran di bawah pohon. (belum ada plot menarik)
Ada ular di atas pohon. (belum menarik juga)
Tapi jika ular berada di atas pohon yang sama dengan tempat dua orang yang pacaran di bawah pohon maka baru menjadi cerita dengan plot yang menarik.
Karena ada kemungkinan ular turun dan menggigit salah satu atau kedua pasangan tersebut. Tapi kalau ularnya di pohon yang berada di pulau lain maka tidak ada plot ada alur tapi tidak ada hubungan bukan satu cerita.
Jadi alur itu seperti badan cerita plot seperti ruhnya cerita.[]
Belum ada tanggapan untuk "Alur dan Plot dalam Cerita"
Posting Komentar