Tips Menulis: Memilih Setting Tempat
Oleh Isa Alamsyah
Oleh Isa Alamsyah
Sebuah cerita bisa menjadi lebih kuat jika kita memilih lokasi atau setting tempat yang mendukung cerita. Setting tidak dipilih asal-asalan tapi memang harus mempunyai karakteristik yang mendukung.
Banyak penulis pemula yang asal pilih setting karena mereka suka lokasinya. Mereka pilih Jepang karena suka Jepang, mereka pilih Jerman karena suka Jerman, atau Korea karena suka Korea. Padahal kalau lokasinya dipindah tidak mengubah cerita apa-apa.
Kalau kamu baca buku karya anak-anak, banyak sekali setting yang dibuat di Inggris, Eropa atau Amerika, padahal kala itu terjadi di Indonesia juga sama saja. Misalnya ada panti asuhan di Inggris padahal kalau panti asuhan itu di Bogor pun kejadian yang sama bisa terjadi. Jadi kenapa harus di Inggris? Itu yang saya sebut setting tempelan. Dipindahkan ke mana saja tidak pengaruh.
Setting tempat itu secara umum ada dua:
Pertama, setting tempat normal atau netral. Nama kota, nama tempat tidak perlu disebut secara spesifik. Hanya diungkap kejadiannya di rumah, sekolah, restoran, dll.
Kedua, setting tempat spesifik. Ada nama kotanya, ada nama negara, ada landmark (misalnya Eifel, Borobudur, PatunG Liberty, dan lainnya). Nah, setting spesifik harus ada alasan spesifik kenapa dipilih.
Misalnya cerita di film National Treassure, tentang pencarian harta karun oleh Nicholas Cage. Harta karun yang dicari adalah harta yang diisimpan oleh pendiri Amerika. Settingnya jelas Amerika dan landmark di Amerika. Ini masuk akal kalau lokasi di luar Amerika maka cerita tidak bisa jalan.
Atau Twilight tentang vampire yang memilih lokasi di Seatle Amerika. Di Seatle sering hujan dan matahari tidak menyorot tajam. Di kisah itu vampire bisa keluar siang asal tidak terlalu menyorot. Jadi pemilihan lokasi harus di Seatles karena merupakan daerah paling banyak hujan di Amerika.
Lihat juga Novel “Asslamualaikum Beijing” karya Asma Nadia. Settingnya tidak bisa diubah di negara lain selain di Cina, Beijing dipilih karena paling kuat peninggalan budayanya. Kejadian di novel ini harus di Cina, kenapa? Karena kisah ini bermula dari dialog yang diambil salah satu dongeng di Cina. Tanpa dialog kisah Ashima yang namanya mirip Asma Tokoh utama, maka cerita ini tidak akan terjadi.
Rumah tanpa jendela settingnya harus di Jakarta karena di sana banyak daerah kumuh di bawah jembatan. Setting kisah ini tidak bisa dipindah ke Papua atau daerah lain yang bukan metropolitan.
Kalau kita bercerita tentang TKI yang diperlakukan kejam orang majikannya maka settingnya harus di Timur Tengah atau Malaysia misalnya. Tapi tidak boleh settingnya di Jepang Jerman atau Skandinavia.
Setiap tempat punya karakter, nah setting baru boleh dipakai kalau kita butuh karakter tempat tertentu. Demikian sekilas tentang setting tempat.[]
Belum ada tanggapan untuk "Pemilihan Setting Tempat"
Posting Komentar