Tips Menulis: Variasi Alur dalam Cerita (Bag ke-3 - Klimaks)
Oleh Isa Alamsyah
Oleh Isa Alamsyah
Pembagian alur - plot berdasarkan klimaks cerita.
Klimaks itu adalah bagian paling seru dalam sebuah cerita – bagian yang terkuat dari cerita atau bagian paling menonjol dalam cerita. Ada juga yang menyebut klimaks sebagai suspense.
Kalau film detektif mungkin klimaksnya ketika terungkapnya suatu misteri.
Jika bicara cerita action mungkin klimaksnya ketika terjadi pertempuran atau bentrokan. Kalau ilmiah mungkin klimaknya ketika memberi data sangat baru yang mengagetkan atau pas kesimpulan. Kalau komedi klimaksnya adalah bagian yang paling banyak membuat orang tertawa.
Intinya sebuah cerita harus ada bagian yang paling menonjol paling menohok paling berkesan buat pembaca.
Kembali saya menceritakan kisah @dedi padiku ketika ada preman Menado yang dibunuh oleh orang Gorontalo (harus baca artikel sebelumnya ketika dibahas masalah alur dan plot).
Klimaksnya adalah ketika preman Manado berusaha membunuh Dedi Padiku hanya karena ia orang Gorontalo. Apa yang dilakukan Dedi? Apakah ia selamat? itu yang di olah di klimaks. Kalau tidak ada peristiwa itu - dan semuanya berjalan baik-baik saja maka cerita akan hambar - gak ada serunya. Karena itu dari kisah perjalanan Dedi Padiku mewujudkan impiannya kita ambil hanya bagian yang punya suspense saja yang ada keseruannya bukan keseharian yang biasa.
Atau ketika saya menulis tentang pasangan yang pacaran di bawah pohon dan di atasnya ada ular. Klimaksnya adalah ketika ular berusaha menyergap mereka.
Bagaimana reaksi mereka? Adakah yang tercatuk? Matikah?
Kalu akhirnya ular pergi tanpa peristiwa apapun maka cerita akan hambar tidak ada ruhnya.
Bagaimana variasi dalam menyajikan klimaks??
Kalau kita baca teori kepenulisan sebagian besar akan membahas 3 bagian alur dilihat dari klimaksnya:
Pertama klimaks naik , berarti kisahnya mulai biasa, tensinya naik terus sampai klimaks tertinggi.
Kedua anti klimaks , berarti klimaksnya turun dari kejadian yang paling heboh lalu menurun tensinya hingga akhir.
Ketiga campuran , ada naik turun ada turun naik. Saya sendiri lebih suka menyebutnya multi klimaks. Jadi banyak suspense-nya.
Pertama klimaks naik , berarti kisahnya mulai biasa, tensinya naik terus sampai klimaks tertinggi.
Kedua anti klimaks , berarti klimaksnya turun dari kejadian yang paling heboh lalu menurun tensinya hingga akhir.
Ketiga campuran , ada naik turun ada turun naik. Saya sendiri lebih suka menyebutnya multi klimaks. Jadi banyak suspense-nya.
Kalau nonton film horor takutnya terakhir doang berarti klimaks. Tapi horor yang seru adalah yang banyak tempat kita merasa takut menontonnya - demikian juga cerita horor banyak tempat yang membuat kita takut ketika membacanya. Multi klimaks bagus.
Dalam humor maka ada banyak tempat yang membuat kita terbahak bahak, sekalipun di antaranya ada bagian yang paling lucu di antara lainnya.
Dalam non fiksi banyak fakta yang mengejutkan. Itu sebabnya Buku Gara-Gara Indonesia sekalipun itu buku non fiksi tapi membuat emosi pembacanya naik turun karena di sajikan dengan pendekatan multi klimaks. Sama juga dengan buku No Excuse!
Ada juga jenis klimaks keempat yang banyak tidak dibahas dalam teori kepenulisan.
Apa itu? Saya menyebutnya cerita flat, hambar atau tanpa klimaks.
Tidak ada ruh, tidak ada rasa tidak ada bagian yang lebih menonjiok dari lainnta dari awal hingga akhir rasanya sama. Tidak ada yang menohok, tidak ada yang menggigit.
Tulisan dari awal sampai akhir flat datar tidak ada yang menonjol. Mungkin karena tidak banyak dimasukkan dalam teori kepenulisan maka akhirnya banyak yang terjebak dalam cerita yang tidak ada klimaksnya.
Karena itu sejak sekarang mulailah berpikir apa yang ingin kita tonjolkan dalam cerita kita.
Temukan klimaksnya! Lalu putuskan di mana klimaks itu mau ditaruh di depankah (anti klimaks) atau di akhirkah?
Selamat menajamkan karya![]
Belum ada tanggapan untuk "Alur Klimaks"
Posting Komentar