Mawaddah dan Mahabbah bisa diartikan cinta. Kedua kata ini sama-sama berasal dari bahasa Arab, keduanya merupakan bentuk masdar dari asal kata Hubb dan Wudda, yang dalam ilmu sharaf, walaupun lebih sering diartikan sebagai kata benda, tapi dalam kondisi tertentu fungsinya bisa juga sebagai Fi’il (kata kerja). Sehingga boleh diartikan sebagai kesukaan, kasih sayang, ataupun menyukai, menyayangi, tergantung bentuk kalimatnya.
Untuk mencari perbedaan makna dari mahabbah dan mawaddah, berdasarkan tinjauan tafsir jalallain dan dijelaskan dalam syarahnya Ash-showii, diambil dua ayat yang mengandung kata mahabbah dan mawaddah.
Ayat pertama
“Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga).” (QS Ali Imron: 14)
Dalam ayat ini terkandung kata Hubbun, yang merupakan naluri dasar yang dianugerahkan Allah kepada seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Yang memiliki arti kecintaan dan kesukaan.
Mahabbah - al hubb (habba-yahubbu-hubb-mahabbatan)
Dalam beberapa tafsir dijelaskan lebih gamblang, bahwa Hubbun (mahabbah) diartikan sebagai cinta yang bersifat meluap-luap dan bergejolak. Rasa cinta kepada lawan jenis, pada awalnya adalah hubb ini yang muncul. Maka seringkali, katanya orang yg jatuh cinta merasakan diri tidak terkontrol, ada rasa senang yang meluap-luap ketika sedang rindu, ataupun akan sakit sesakit-sakitnya ketika tersakiti oleh yang terkasih. Hal ini terjadi karena sifat yg meluap-luap dan bergejolak itu. Karena sifat ini pula yang kadang hubb ini lebih gampang ditumpangi syahwat dan efeknya impulsif.
Untuk meminimalisir efek yg bergejolak itu ada anjuran dengan berpuasa. Kemudian ada keterangan, “sayangilah orang yg kamu cintai sekadarnya saja, siapa tahu suatu saat dia akan menjadi orang yang kamu benci”. Karena efek impulsif ini, ketika hubb berubah jadi rasa benci, maka rasa benci tersebut akan sangat besar melebihi rasa hubb-nya itu sendiri.
Ayat kedua
“Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah yang maha pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang.” (QS Maryam: 96)
Ayat ini mengandung kata Wudda (kasih sayang), yang memiliki arti kasih sayang yang diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal sholeh manusia yang disertai keikhlasan dalam melakukannya.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah ia menciptakan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Rum: 21)
Pada ayat ini mawaddah (wuddan) berarti kasih sayang yang memiliki sifat menentramkan yang dapat diraih dengan pernikahan oleh masing-masing pasangan akan diberi hadiah kasih sayang dan rahmat oleh Allah SWT sebagai karuniaNya.
Mawaddah - al wudd (wadda-yawaddu-wuddan-mawaddatan)
Berdasarkan dua ayat di atas, wuddan (mawaddah) lebih bersifat khusus, hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman dan bertaqwa saja.
Dalam beberapa tafsir dan literatur, Wuddan diartikan sebagai cinta dan kasih sayang yang tidak akan diraih oleh manusia kecuali Allah menghendakinya, hanya Allah yang akan memberi cinta-Nya kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Allah yang akan mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu belanjakan seluruh kekayaan yang ada di bumi, niscaya kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan cinta jika Allah tidak menghendaki-Nya. Maka diraihnya cinta—wuddan pada satu pasangan itu karena kualitas keimanan dan ketaqwaan ruhani pasangan tersebut. Semakin ia mendekatkan diri kepada sang Maha Pemilik Cinta maka akan semakin besarlah wuddan yang Allah berikan pada pasangan tersebut.
Inilah cinta sebenar-benarnya cinta, bersifat murni, menentramkan dan tidak akan luntur walaupun maut memisahkan. Wuddan inilah yg dalam beberapa keterangan yang mampu menyatukan kembali keluarga di dunia, menjadi keluarga yang diridloi oleh Allah di akhirat kelak. Cinta yang harus kita raih, yang tentu saja dengan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan diri kita.
Jadi, sudah jelas bukan perbedaan antara Mahabbah dengan Mawaddah? Mahabbah berarti cinta, namun Mawaddah itu cinta yang murni.
Untuk mencari perbedaan makna dari mahabbah dan mawaddah, berdasarkan tinjauan tafsir jalallain dan dijelaskan dalam syarahnya Ash-showii, diambil dua ayat yang mengandung kata mahabbah dan mawaddah.
Ayat pertama
“Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga).” (QS Ali Imron: 14)
Dalam ayat ini terkandung kata Hubbun, yang merupakan naluri dasar yang dianugerahkan Allah kepada seluruh umat manusia, tanpa terkecuali. Yang memiliki arti kecintaan dan kesukaan.
Mahabbah - al hubb (habba-yahubbu-hubb-mahabbatan)
Dalam beberapa tafsir dijelaskan lebih gamblang, bahwa Hubbun (mahabbah) diartikan sebagai cinta yang bersifat meluap-luap dan bergejolak. Rasa cinta kepada lawan jenis, pada awalnya adalah hubb ini yang muncul. Maka seringkali, katanya orang yg jatuh cinta merasakan diri tidak terkontrol, ada rasa senang yang meluap-luap ketika sedang rindu, ataupun akan sakit sesakit-sakitnya ketika tersakiti oleh yang terkasih. Hal ini terjadi karena sifat yg meluap-luap dan bergejolak itu. Karena sifat ini pula yang kadang hubb ini lebih gampang ditumpangi syahwat dan efeknya impulsif.
Untuk meminimalisir efek yg bergejolak itu ada anjuran dengan berpuasa. Kemudian ada keterangan, “sayangilah orang yg kamu cintai sekadarnya saja, siapa tahu suatu saat dia akan menjadi orang yang kamu benci”. Karena efek impulsif ini, ketika hubb berubah jadi rasa benci, maka rasa benci tersebut akan sangat besar melebihi rasa hubb-nya itu sendiri.
Ayat kedua
“Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah yang maha pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang.” (QS Maryam: 96)
Ayat ini mengandung kata Wudda (kasih sayang), yang memiliki arti kasih sayang yang diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal sholeh manusia yang disertai keikhlasan dalam melakukannya.
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah ia menciptakan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS Ar-Rum: 21)
Pada ayat ini mawaddah (wuddan) berarti kasih sayang yang memiliki sifat menentramkan yang dapat diraih dengan pernikahan oleh masing-masing pasangan akan diberi hadiah kasih sayang dan rahmat oleh Allah SWT sebagai karuniaNya.
Mawaddah - al wudd (wadda-yawaddu-wuddan-mawaddatan)
Berdasarkan dua ayat di atas, wuddan (mawaddah) lebih bersifat khusus, hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman dan bertaqwa saja.
Dalam beberapa tafsir dan literatur, Wuddan diartikan sebagai cinta dan kasih sayang yang tidak akan diraih oleh manusia kecuali Allah menghendakinya, hanya Allah yang akan memberi cinta-Nya kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Allah yang akan mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu belanjakan seluruh kekayaan yang ada di bumi, niscaya kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan cinta jika Allah tidak menghendaki-Nya. Maka diraihnya cinta—wuddan pada satu pasangan itu karena kualitas keimanan dan ketaqwaan ruhani pasangan tersebut. Semakin ia mendekatkan diri kepada sang Maha Pemilik Cinta maka akan semakin besarlah wuddan yang Allah berikan pada pasangan tersebut.
Inilah cinta sebenar-benarnya cinta, bersifat murni, menentramkan dan tidak akan luntur walaupun maut memisahkan. Wuddan inilah yg dalam beberapa keterangan yang mampu menyatukan kembali keluarga di dunia, menjadi keluarga yang diridloi oleh Allah di akhirat kelak. Cinta yang harus kita raih, yang tentu saja dengan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan diri kita.
Jadi, sudah jelas bukan perbedaan antara Mahabbah dengan Mawaddah? Mahabbah berarti cinta, namun Mawaddah itu cinta yang murni.
Belum ada tanggapan untuk "Mahabbah dan Mawaddah"
Posting Komentar