Search

Hikikomori: Ciri-ciri, Sebab dan Pencegahannya


Pernah dengar istilah ‘hikikomori’? – Hikikomori ini mungkin termasuk gangguan mental seperti anti-sosial gitu.

Seorang yang menderita hikikomori akan merasa tersiksa bila harus berhubungan dengan orang lain dan masyarakat luas. Mereka lebih memilih dan lebih nyaman jika berada sendiri, hidup sendiri, dan melakukan segalanya sendirian. Mereka tidak suka terikat peraturan, tetapi mereka tidak punya kecenderungan berbuat kriminal.

Mereka juga sulit diberi nasihat dan pengarahan karena mereka tidak mudah mempercayai orang lain, bahkan kerabat dekat mereka sekalipun. Bahkan buruknya, karena mereka nggak ngerti caranya berinteraksi, mereka kalau ngomong bisa jadi terlalu kaku, atau malah sebaliknya kelewat kritis.

Pengertian Hikikomori
Hikikomori (引きこもり, ひきこもり, atau 引き籠もり), arti harfiah: menarik diri, mengurung diri) adalah istilah Jepang untuk fenomena di kalangan remaja atau dewasa muda di Jepang yang menarik diri dan mengurung diri dari kehidupan sosial. Istilah hikikomori merujuk kepada fenomena sosial secara umum sekaligus sebutan untuk orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok sosial ini.

Menurut psikiater Tamaki Saitō, hikikomori adalah sebuah keadaan yang menjadi masalah pada usia 20-an akhir, berupa mengurung diri sendiri di dalam rumah sendiri dan tidak ikut serta di dalam masyarakat selama enam bulan atau lebih, tetapi perilaku tersebut tampaknya tidak berasal dari masalah psikologis lainnya sebagai sumber utama.

Ciri-ciri Hikikomori
Pada penelitian lebih mutakhir, enam kriteria spesifik diperlukan untuk ‘mendiagnosis’ hikikomori yaitu:
  • Menghabiskan sebagian besar waktu dalam satu hari dan hampir setiap hari tanpa meninggalkan rumah;
  • Secara jelas dan keras hati menghindar dari situasi sosial;
  • Simtom-simtom yang mengganggu rutinitas normal orang tersebut, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau kegiatan sosial, atau hubungan antar-pribadi;
  • Merasa penarikan dirinya itu sebagai sintonik ego;
  • Durasi sedikitnya enam bulan; dan
  • Tidak ada ganguan mental lain yang menyebabkan putus sosial dan penghindaran.

Meski tingkatan fenomena ini bervariasi, bergantung kepada individunya, sejumlah orang bertahan mengisolasi diri selama bertahun-tahun atau bahkan selama berpuluh-puluh tahun. Hikikomori sering bermula dari enggan sekolah (istilah Jepang futōkō (不登校?) atau istilah sebelumnya: tōkōkyohi (登校拒否?).

Data Statistik
Menurut survei Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, 1,2% penduduk Jepang pernah mengalami hikikomori; 2,4% di antara penduduk berusia 20 tahunan pernah sekali mengalami hikikomori (1 di antara 40).

Dibandingkan perempuan, laki-laki hikikomori jumlahnya empat kali lipat. Satu di antara 20 anggota keluarga yang orang tuanya berpendidikan perguruan tinggi pernah mengalami hikikomori.

Tidak ada hubungannya antara keluarga berkecukupan atau tidak berkecukupan secara ekonomi. Kebanyakan berasal dari golongan berusia 20-29 tahun (ada pula kasus dari orang berusia 40 tahunan) dan kebanyakan juga berasal dari orang tua berpendidikan perguruan tinggi.

Kelainan Hikikomori
Hikikomori biasanya hanya diam di kamar dan bergulat dengan dunia maya, menonton tv, membaca, bahkan terkadang aktivitas makan dan buang air kecil dilakukan di kamar. Walau tidak punya kamar mandi mereka akan menampunya di plastik atau botol.

Lantas bagaimana cara mereka memenuhi kebutuhannya? Biasanya hikikomori akan keluar sebulan sekali untuk membeli perlengkapan “mengurung diri”nya, mereka tetap mendapat uang dari orangtua, bahkan terkadang mereka memaksa orangtua untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Hal yang terekstrim adalah ada juga hikikomori yang menculik gadis kecil untuk “disimpan” sebagai “teman” di kamarnya. Mereka mungkin akan melepaskan gadis tersebut kalau mereka ingin, atau gadis itu harus mencari jalan keluarnya sendiri, atau dia tidak akan pernah bisa keluar lagi.

Kadang ada orang yang menjadi hikikomori bahkan lebih dari 10 tahun. Yang jelas semakin lama seseorang menjadi hikikomori, semakin kecil kesempatannya dia untuk bisa kembali ke masyarakat.

Bila setahun lebih hikikomori, ada kemungkinan dia tidak bisa kembali normal lagi untuk bekerja atau membangun relasi sosial dalam waktu lama, menikah misalnya. Beberapa tidak akan pernah meninggalkan rumah orang tuanya. Pada banyak kasus, saat orang tuanya meninggal atau pensiun akan menimbulkan masalah karena mereka tanpa kemampuan kerja dan sosial minimal – bahkan untuk membicarakan masalahnya dengan orang lain atau kantor pemerintah.

Kenapa Seseorang Bisa Disebut Hikikomori?
Faktor penyebab hikikomori tidak begitu jelas, namun ada beberapa faktor yang diyakini bisa menyebabkan hikikomori:
  • Faktor keluarga, di mana hilangnya figur seorang ayah karena bekerja dari pagi hingga larut malam hingga tidak sempat melakukan interaksi dengan anaknya, serta ibu yang dianggap terlalu memanjakan anaknya (mungkin karena jumlah anak yang dimiliki keluarga Jepang itu sedikit).
  • Tekanan akademik, pelecehan di sekolah (school bullying), mungkin bisa dibilang mereka menarik diri dari tekanan kompetisi pelajar, pelaku ekonomi atau pekerja di negara yang luar biasa kompetisi-nya.
  • Tekanan fisik, sedikit banyak juga berpengaruh. Misalnya karena pribadi itu terlalu gemuk atau kurus, memiliki bentuk fisik yang berbeda dari yang lainnya seperti tinggi badan, atau bahkan karena dia memiliki kelebihan lain. Ada tulisan yang nyatakan bahwa ada hikikomori yang sebenarnya anak berbakat dalam bidangnya, namun tidak memiliki kesempatan untuk menunjukkannya. Seperti pepatah Jepang, paku yang menonjol akan dipalu untuk menjadi seragam. Di jepang, keseragaman adalah utama, penampilan dan respek (postur tubuh atau muka) adalah penting, maka pemberontakan akan kompetisi dilakukan dengan menarik diri.
  • Otaku. Ada yang menganggap hikikomori itu sama dengan otaku. Otaku adalah orang yang memiliki minat atau hobi yang berlebihan sehingga mereka mengabaikan kegiatan yang lain, tapi mereka masih berinteraksi dengan keluarga atau teman di dunia nyata. Seperti penggemar komik yang berlebihan, atau orang yang suka dengan model kit secara berlebihan. Tidak semua otaku itu hikikomori, namun semua hikikomori itu pasti otaku, karena pelarian dari beban mereka adalah dengan memfokuskan diri pada hal yang mereka sukai agar mereka tidak teringat akan sakitnya pergaulan sosial itu.

Bagaimana Mengantisipasi Hikikomori?
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar tidak menjadi hikikomori:
  • Membuka diri. Menutup diri sampai sebegitunya dari lingkungan di sekitar sama sekali takkan membantu, baik saat punya masalah atau tidak. Karena betapapun kuatnya kita, sebagai manusia takkan bisa hidup sendirian tanpa orang lain.
  • Menjaga interaksi yang baik dengan keluarga atau teman dan lingkungan. Keterbukaan satu sama lain, support, serta mau mendengarkan merupakan bantuan yang tepat bagi orang terutama dalam keluarga kita supaya mereka tidak semakin tertekan hingga ahkirnya terjerumus ke hal-hal negatif.
  • Tumbuhkan rasa pedulian terhadap orang-orang di sekitar kita, terutama keluarga dan teman. Perbanyak aktivitas yang membutuhkan komunikasi dengan orang lain, serta belajarlah untuk sedikit menuntut dan memperbanyak memberi dan berkontribusi untuk kepentingan orang banyak.
  • Rubah pola pikir. Jangan menyukai sesuatu secara berlebihan alias kecanduan, terlebih candu dumay. Jangan mendewakan teknologi dengan lebay. Ingat, teknologi itu dibuat sebagai pesawat sederhana yang memudahkan urusan kita, bukan malah mengendalikan hidup kita.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Hikikomori: Ciri-ciri, Sebab dan Pencegahannya"

Posting Komentar