Search

Membuat Cerita yang Menyentuh Hati Pembaca


Tips Menulis: Membuat Tokoh Dalam Cerita Menyatu dengan Pembaca
Oleh Isa Alamsyah

“Saya tidak jatuh cinta pada tokohnya!” ungkap Asma Nadia suatu ketika ketika membaca sebuah novel. “Tokohnya sedih saya tidak sedih, tokohnya bahagia saya tidak ikut bahagia!” lanjut penuls best seller tersebut.

Apa yang terjadi?

Novel yang dibaca Asma Nadia tidak membuat pembaca menyatu dengan karakternya. Novel itu dibaca karena kebetulan Asma Nadia diundang sebagai panelis atas buku tersebut.

Tapi ungkapan keras itu di atas tidak disampaikan di depan umum ketika membahas novel karya penulis lain tersebut, karena menghormati karya dan kerja sang penulis. Lagi pula mungkin bagi orang lain cukup bagus. Di depan publik Asma hanya menyampaikan hal penting yang perlu diketahui pembaca.

Ungkapan keras tersebut hanya diungkap di rumah sebagai bagian pendidikan untuk anak-anak, Adam Putra Firdaus dan Putri Salsa, yang juga penulis.

Pernahkah menonton film atau membaca buku yang tokohnya menderita disiksa tapi kamu tidak merasa simpati?
Atau tokoh utamanya jatuh miskin dan menderita, tokoh menangis tersedu-sedu tapi kita tidak ikut menangis?

Kalau itu terjadi berarti si penulis atau sutradara gagal membuat ikatan hati antara pembaca atau penonton dengan tokoh atau karakter.

Saya pernah nonton film Indonesia yang ayahnya mati, ibunya melacurkan diri karena miskin, anaknya jadi gelandangan - begitu menderita. Tapi sedih pun tidak, Karena film tersebut gagal membangun koneksi dengan penonton.

Tapi saya pernah berkaca-kaca menonton film yang sangat sederhana tentang ibu yang tidak pernah datang ke pentas anaknya dan kemudian akhirnya datang. Tidak ada yang disiksa tidak ada yang dibunuh tapi bisa menimbulkan kesedihan yang luar biasa. Itu berarti berhasil membangun hubungan antara tokoh dan cerita terhadap pemirsa.

Salah satu tantangan dalam menulis atau bercerita adalah membuat tokoh menyatu dengan pembaca.
Pembaca ikut sedih ketika tokoh sedih.
Pembaca ikut bahagia ketika tokoh bahagia.
Pembaca ikut tegang ketika tokoh terancam bahaya.

Pernah nonton film Emak ingin naik haji?
Helmy Yahya dalam testimoninya tidak malu mengatakan sampai menangis tujuh kali menonton film ini. Banyak adegan yang menyeret penontonnya ikut larut dalam kesedihan tokoh. Tidak ada yang mati tidak ada yang disiksa tapi berhasil menyeret emosi penonton.
Itu namanya tokoh berhasil mengikat hati pemirsa.

Sudah baca buku Assalamu Alaikum Beijing?
Banyak testimoni yang mengatakan mereka jatuh cinta pada Zhongwen setelah membaca novel tersebut. Zhonwen adalah tokoh muslim Cina yang menjadi salah satu karakter utama dalam novel tersebut.

Bahkan Asma Nadia sendiri jatuh cinta pada tokoh rekaannya ketika menulis novel tersebut.

“Buku paling romantis yang saya pernah buat,” katanya suatu waktu.

Dedi Padiku termasuk sukses memasukkan dirinya sendiri sebagai tokoh dalam novelnya. Sekalipun karyanya dikategorikan sebagai Novel Motivasi sebenarnya karyanya itu adalah autobiografi.

Tapi kalau dibuat dalam bentuk autobiografi akan terasa berat maka digarap menjadi novel.

Kenapa saya katakan sukses?

Karena setiap editor yang membaca karyanya selalu bertanya-tanya pada Dedi, ikut sedih dan menyayangkan apa yang terjadi pada Dedi di novel tersebut.

Mereka ikut tertawa ketika Dedi di novel tertawa, mereka ikut menangis ketika Dedi di novel terpuruk. Berarti tercipta ikatan pembaca.

Membangun ikatan tokoh dalam cerita dengan pembaca sangat penting.

Karena itu saya tak jarang dalam komen terhadap posting di KBM mengatakan;
“Gak dapet sedihnya!”
“Tokohnya kurang meyakinkan!”
“Gak ada koneksi dengan tokohnya!”

Itu adalah bentuk teguran saya agar penulis atau pem-posting memikirkan cara agar bisa membuat pembaca ikut larut dalam cerita.

Mulai sekarang ketika menulis, pikirkan bagaimana cara agar tokoh dalam kisah kita menyatu dengan pembaca.

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Membuat Cerita yang Menyentuh Hati Pembaca"

Posting Komentar