Search

Mau Jadi Penulis?! Baca Ini!


Tips Menulis: Membangun Atmosfer Kepenulisan
Oleh Isa Alamsyah

Suatu saat Adam, bungsu kami datang kepada bundanya, Asma Nadia, dan berkata:
“Bunda, aku sedih. Karena aku, keluarga kita tidak kompak”

Sang Bunda cukup kaget dengan penyataan yang tiba-tiba dan tidak jelas ujung pangkalnya.

Belum sempat Bunda minta penjelasan, Adam langsung melanjutkan kalimatnya;
“Iya, Bunda penulis, Ayah penulis, Kak Salsa juga penulis, cuma aku saja yang bukan penulis. Aku ingin jadi penulis, Bunda.”

Ya memang saat itu Adam belum punya buku, ada satu karyanya di antologi yang ditulisnya saat usia 6 tahunan, tapi setelah itu tidak ada lagi.

Tidak seperti terhadap kakaknya Salsa, kami (orangtua) kita tidak terlalu mengkader Adam untuk menulis karena dua alasan utama.

Pertama, Adam terihat sangat bakat secara kinestetik. Main bola jago, bulu tangkis hebat, beladiri suka. Dia juga terampil di musik, main drum mantap, gitar jago, piano terampil dan main bass juga bisa. Minat game juga tinggi seperti kebanyakan anak sekarang. Tapi menulis, sama sekali tidak terlihat berminat.

Alasan kedua, karena ketika kecil ia menderita pendarahan otak. Kata dokter “stroke pada bayi”. Setiap kali mengingat sejarah kesehatan tersebut, kami lebih berhati-hati dalam menstimulasi otak Adam. Jadi kami tidak melakukan stimulasi otak sebagaimana terhadap Salsa kakaknya.

Tapi memang Allah maha adil, Ia menjaga Adam. Ketika kami bertindak hati hati kepada Adam, ternyata Kakaknya Salsa karena sudah terlatih ekspresif dan kreatif, kakaknya selalu aktif berbicara dengan Adam, menemani dan mengajarinya baca tulis, hingga akhirnya pada diri Adam pun terbangun atmosfer suka baca dan kepenulisan.

Sekalipun pada Adam kami tidak mengajarkan tulis menulis seintensif pada Salsa, tapi ia sering ikut dalam seminar kepenulisan dan terkadang ia melihat kami bertiga di panggung dan ia sendirian di kursi peserta. Atau kadang ikut duduk berempat tapi tidak ada yang bertanya kepadanya karena dia buakn penulis.

Rupanya keadaan tersebut cukup mengganggu pikirannya. Ia sadar cuma dia yang tidak ditanya, cuma dia yang tidak menulis, sehingga akhirnya minta pada bundanya untuk dilatih menulis.

Sejak kejadian itu Bunda menemani Adam untuk menulis, membangun ide sampai akhirnya dalam 3 bulan bukunya pun rampung berjudul “Mostly Ghostly” tentang tiga dan mengungkap gosip hantu di sekitar mereka.

Cerita Adam juga menujukkan bahwa menjadi anak penulis bukan berarti bisa menulis. Buktinya Adam, setelah tulisan pertamanya butuh tujuh tahun untuk mempunyai buku, kareka saat itu kita orang tuanya ‘lalai’ mendidiknya.

Jadi sekalipun kami berdua penulis, jika kami tidak mendidik dan mengkader Adam, maka dia tidak jadi penulis juga.
Dalam kasus Adam, si anak yang meminta, karena terpancing atomosfer kepenulisan.

Untuk jadi penulis, harus dimulai dengan keputusan sendiri, saya mau jadi penulis. Selanjutnya berlatih dan berlatih.

Bangun semangat menulis.

Hadiri acara kepenulisan.

Mungkin saja kalau kita hadir di sana atmosfer dan semangat kita jadi penulis bisa bangkit. Biasanya kalau sudah bangkit, ide mengalir terus.[]

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Mau Jadi Penulis?! Baca Ini!"

Posting Komentar