Setelah vakum cukup lama (menunggu Asma Nadia) pulang dari Amerika, ANPH (Asma Nadia Publishing House) memutuskan untuk membuat workshop menulis seperti yang biasa kita selenggarakan.
Saya ingat ketika mengadakan workshop menulis di awal-awal ada seorang supir yang mengikuti workshop. Ia membayar penuh biaya workshop Rp 400.000 tanpa menawar tanpa memohon gratis karena dari kalangan miskin.
Menjelang workshop ia melihat lihat bazar buku dan bertanya semua buku-buku Asma Nadia dan tidak beli satu pun. Kepada penjaga bazar yang mulai kesal karena ditanya terus tapi tidak beli dia cuma bilang sudah kehabisan uang, cuma cukup buat ongkos pulang. Melihat kenyataan itu Asma Nadia akhirnya menawarkan satu buku gratis. Lebih dari itu Asma Nadia kaget dengan pekerjaan peserta workshop tersebut, seorang sopir.
Kisah ini adalah sepenggal kisah hari pertama Dedi Padiku bertemu Asma Nadia. Sejak hari itu Dedi Padiku membangun komunikasi dengan Asma Nadia dan akhirnya bekerja di ANPH dan novelnya segera diterbitkan.
Dedi Padiku sejak lama sadar, impian ada harganya.
Dia rela membayar harganya dan ia mendapat manfaatnya.
Ada lagi kisah mahasiswa yang mengemis minta ikut workshop gratis.
Karena ingin mendukung impian mereka akhirnya kami membebaskan 5 mahasiswa untuk ikut workshop tanpa membayar.
Tentu saja mereka gembira karena kami beri fasilitas gratis, mereka tidak mesti membayar 400.000 seperti yang lain.
Karena 5 kursi diberikan untuk mereka kami menutup pendaftaran karena peserta sudah penuh.
Hari H pun datang semua antusias untuk menghadiri workshop.
Dua orang peserta bahkan datang khusus dari Hong Kong untuk mengukuti workshop dengan harapan bisa menularkan ilmu ke buruh migran lainnya.
Satu orang datang dari Papua.
Satu datang dari Surabaya dan satu dari Kalimantan.
Lalu bagaimana dengan 5 mahasiswa tersebut?
Mereka bahkan tidak datang sama sekali.
Kenapa? Mungkin ini asumsi, tapi nampaknya 5 mahasiswa itu karena merasa gratisan mereka dengan mudah mengabaikan.
Kenapa? Mungkin ini asumsi, tapi nampaknya 5 mahasiswa itu karena merasa gratisan mereka dengan mudah mengabaikan.
Lucunya banyak juga yang bilang kejauhan padahal tinggalnya di Depok, Bekasi atau Tangerang.
Belajar dari kejadian mahasiswa itu akhirnya saya mencari solusi lain buat yang tidak punya uang tapi mau bekerja keras.
Sekarang saya punya solusi yang ingin ikut workshop gratis.
Boleh gratis, tapi sebelumnya tapi kamu jual 20 buku Asma Nadia Publishing (tanpa diskon) karena diskonnya untuk kamu.
Tidak perlu modal, cukup tawarkan mereka pesan dan bayar atas rekomendasi kamu, kamu tidak perlu bayar workshop. Sebenarnya bukan gratis tapi kamu membayar dari keuntungan yang kamu ciptakan sendiri.
Jadi tidak ada alasan tidak punya uang bukan?
Mimpi itu ada harganya.
Orang yang mau meraih mimpi harus bayar harganya.
Entah itu dengan uang, semangat atau dengan kerja keras.
Jadi jangan bilang punya impian kalau tidak mau bayar harganya.
Kalau tak mau kerja, tak mau bayar, bahkan kami masih memberi fasilitas gratis.
Ya, aktif saja di KBM (Komunitas Bisa Menulis).
Memang banyak hal yang tidak bisa dilakukan di KBM tapi hanya bisa di workshop misalnya atmosfer langsung, visualisasi, dialog pengkritisan naskah, dan konsultasi langsung.
Selain itu peserta workshop tentu diprioritaskan untuk diterbitkan karena lagsung di edit bersama.
Tapi tetap dengan segala keterbatasannya ada ilmu yang bisa digali di KBM.
So, semua pilihan sudah disediakan, silakan memilih jalan yang mau ditempuh.[]
Belum ada tanggapan untuk "Harga Untuk Menjadi Seorang Penulis"
Posting Komentar