Search

Berawal dari Kakaktua

Kartun+orang+lagu+nelepon.jpg

Pada suatu sore yang sunyi, HP Pak Didi berbunyi keras-keras. Ketika diangkat, ternyata yang nelepon Idum, kepala pengurus villa Pak Didi.
"Hallo, Pak Didi?” tanya Idum, “Ini saya, Idum, kepala pengurus villa bapak."
"Oh iya. Ada apa Dum? Ada masalah?"
"Anu... saya nelepon cuma mau kasih tahu, burung kakaktua bapak mati."
"Kakaktua saya mati? Yang pernah menang di Lomba Tingkat Dunia itu??"
"Betul, tuan, yang itu."
"Waduh sial juga ya. Lumayan banyak keluarin duit buat ngelatih burung itu. Kenapa bisa mati, Dum?"
"Gara-gara makan daging busuk, Tuan!"
"Daging busuk?? Siapa kasih dia daging busuk??!!"
"Nggak ada tuan. Dia cuman makan daging kuda yang sudah mati."
"Kuda mati? Kuda mati apa??"
"Kuda punya Tuan."
"Kuda yang menang pacuan internasional itu?!!!"
"Iya, Tuan, dia mati kecapean sehabis narik gerobak tong air."
"Lu gila ya? Gerobak air apaan?"
"Gerobak air buat madamin api, Tuan."
"Ya ampun, api apaan?"
"Api di rumah Tuan! Ada lilin jatuh dan apinya kena tirai, terus merembet deh."
"Ja... jadi... maksud lu villa mewah gua itu ancur berantakan gara-gara lilin?!!!"
"Begitulah, Tuan."
"Tapi di situ kan banyak lampu? Buat apa ada lilin?"
"Buat pemakaman, Tuan."
"Demi Tuhan, pemakaman apa Dum?"
"Pemakaman istri Tuan. Suatu malam dia berjalan-jalan di dalam rumah pas gelap gulita. Saya pikir maling, jadi saya gebukin pakai tongkat golf Nike milik Tuan!"
Ada jeda cukup panjang sampai di sini. Sunyi cukup lama. Lalu Pak Didi berkata lagi, "Dum, lu bakal dalam bahaya besar kalau itu tongkat sampai patah!"
“Oh, tenang saja Tuan, tongkat itu tidak patah.”

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Berawal dari Kakaktua"

Posting Komentar